Pak Fredy seorang pekerja keras, dia sadar betul tugas dan tanggung jawab seorang kepala keluarga. Kenaikan pengeluaran untuk kebutuhan hidup memaksa bapak tiga orang anak ini berpikir keras untuk meningkatkan income. Kesempatan yang memungkinkan untuk menjadi solusi jangka pendek yaitu mendapatkan kenaikan salary. Dengan kompetensi yang dimiliki, rupanya Pak Fredy sangat yakin akan mendapatkan pekerjaan dengan besaran gaji yang didambakan diluar sana.
Satu bulan, dua bulan, tiga bulan hingga satu tahun rencana ini tidak kunjung terealisasi. Pak Fredy mulai berpikir ulang, apakah ada variabel lain yang menjadi pengurang daya tariknya. Apakah karena status sudah menikah? Apakah karena usia sudah mendekati 40 tahun? Apakah standard gaji yang diinginkan terlalu tinggi? Apakah .... bla,bla,bla . Akhirnya bapak kita ini terjebak dalam pusaran pikirannya sendiri. Akhirnya kepercayaan dirinya mulai runtuh, ibarat seperti benteng, satu persatu bata penyusunnya jatuh terhempas ketanah.
Terhimpit oleh rasa khawatir, Pak Fredy tersadar bahwa Tuhan tidak akan Tidur ... God Never Sleep. Disanalah sumber jawaban yang selama ini dicari.
Dalam Doanya, Tuhan menjawab," Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan, dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian. Perhatikan burung-burung gagak yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mempunyai gudang atau lumbung, namun demikian diberi makan oleh Allah. Betapa jauhnya kamu melebihi burung-burung itu! Siapakah diantara kamu karena kekuatirannya dapat menembah sehasta pada jalan hidupnya ? Jadi jikalau kamu tidak sanggup membuat barang yang paling kecil, mengapa kamu kuatir akan hal-hal lain? Perhatikan bunga bakung, yang tidak memintal dan tidak menenun, namun Aku berkata kepadamu, Salomo ( Sulaiman ) dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu."
Diakhir Doa, Pak Fredy kembali termenung, inilah jawaban dari sumber masalahnya. Jadi urutan pertama dalam Tabel "yang paling diperlukan" bukanlah pekerjaan baru dengan gaji besar. Namun hikmat Kesabaran. Tentu saja sambil terus mengirim surat lamaran. Jika gagal, buatlah sebagai pelajaran untuk perbaikan.
Di akhir cerita ini, saya ingin share sesuatu dengan anda. Dari sisi perusahaan yang membuka lowongan, tenaga kerja ini ibarat pasar. Barang bagus dengan harga bagus. Anggap anda sebagai barang dagangan atau produk. Coba analisa sebagus apa diri anda, apakah anda memiliki spesifikasi yang bagus ? Apakah anda memiliki nilai tambah yang bagus? Apakah anda mengetahui harga bagus di pasaran ?
Selamat berjuang dan Good Luck !
http://news.chivindo.com/387/kisah-pak-fredy.html
Comments
Post a Comment