Minggu lalu, sekeluarga sekeluarga bersama rombongan gereja bepergian ke Bandung. Dengan Bis , kami berangkat dari Tangerang jam 06.00. Dua Jam perjalanan sebelum memasuki Bekasi Barat, dua ban belakang sebelah kiri pecah bersamaan. Karena Ban cadangan hanya satu, sekitar 45 menit kami semua menunggu kiriman dari Pool. Setelah perbaikan selesai mertua saya dengan nada kesal nyeletuk, “kirim mobil yang baru dong bang”, anda tahu jawaban pak sopir, begini kurang lebih,”mobil baru apa tidak, kalau meletus udah nasib bu”. Saya tersenyum kecut, kebetulan manantu si ibu tadi pernah kerja dipabrik ban, kasus meletusnya 2 ban secara bersamaan saat memasuki tol ( jalan rata dan relatif bersih dari paku, dll ) hanya ada 2 alasan, pertama adanya defect akibat problem manufacture, dan kedua ban sudah melewati masa pakai, kata lainnya ya memang waktunya ganti akibat faktor keausan atau daya tahan materialnya sudah menurun. Saya sangat yakin penyebab meletusnya ban ini karena faktor kedua.
Eh, ternyata penderitaan rombongan kami belum berakhir, Pk. 20.00 saat perjalanan pulang, baru lepas dari pintu tol Cikampek, Bus harus stop. Kebetulan saya duduk dibaris paling depan. Semua indicator mesin menyala. Hampir 1,5 jam perbaikan, Bus kembali jalan. Ternyata penyebabnya adanya Timming Belt yang rusak, dan lebih konyol, air radiator habis.
Dengan tergopoh-gopoh dan ditengah omelan ibu-ibu yang ikut, kernet dan sopir yang malang ini berjibaku memperbaiki mekanis mobil. Saya bisa membayangkan, dipinggir jalan Tol dengan resiko tabrak belakang, gelap, dan badan yang lelah setelah seharian perjalanan, hanya karena Timming Belt dan air radiator, penumpang dan awak bus rugi.
Dalam perusahaan, bagaimana jika situasinya dibalik, anda berada dibagian maintenance dan ada orang-orang yang mengharapkan service anda yaitu bagian produksi. Apakah anda memiliki tekanan yang sama dengan si sopir tadi jika harus melakukan perbaikan mesin? Jika tidak, saya bisa pastikan anda tidak cocok di posisi ini. Segera rubah atau anda mencari pekerjaan lain yang lebih pas.
Mengapa hal ini harus saya sampaikan. Tekanan ini timbul akibat rasa tanggung jawab dan empati terhadap target produksi. Pemakai ibaratnya penumpang Bus, menggunakan mesin dan kemampuan anda dalam menjaga performance mesin. Mentalitas ini sangat penting dimiliki oleh setiap teknisi, sama pentingnya dengan hard skill yang anda miliki.
Sistem Pemeliharaan mesin (Maintenance) sangat komplek, jika tidak ditangani dengan tepat, bisa dipastikan akan banyak kerugian, seperti : Opportunity Cost (mesin harusnya bisa menghasilkan produksi tapi stop, atau harusnya teknisi ini dapat memperbaiki kerusakan mesin lain, dia memerlukan lebih banyak waktu perbaikan di mesin lain. Efeknya akan berantai), Maintenance Cost (meningkatnya biaya pembelian spare parts), Direct Cost (Biaya ovetime, akibat harus selesainya pekerjaan perbaikan. Biaya ini yang berbahaya, karena ukurannya yaitu sampai mesin kembali beroperasi, bisa dibayangkan berapa biaya yang perusahaan keluarkan jika perbaikan ini berlangsung selama 30 jam, dengan teknisi yang sama).
Untuk itulah saya menulis artikel ini, mudah-mudahan bermanfaat bagi anda dan perusahaan anda.
PEMELIHARAAN
Ilustrasi dari Gambar diatas sebagai berikut. Misal saya punya sepeda motor honda supra
Pemeliharaan darurat atau breakdown maintenance. Saat saya pakai motor untuk perjalanan dari Tangerang ke Jakarta Timur, kebetulan hari itu hujan. Baru setengah prjalanan, yaitu diderah Slipi, motor mogok. Ternyata busi dan filter udara tersumbat kotoran dan embun air, setelah setengah jam, motor kembali bisa saya gunakan. Akibatnya waktu tempuh menjadi bertambah, normalnya 2 jam, karena masalah ini menjadi 3.5 jam.
Pemeliharaan Preventive. Sebelum digunakan, saya selalu membiasakan untuk melakukan pengecekan ringan pada motor, mulai dari cek rem, lampu, suara mesin, dan tekanan ban (inspeksi). Disamping itu setiap 5000 km, motor saya bawa ke bengkel untuk penggantian oli (lubrikasi), dan setting karburator/tune up atau setting rem (Setting minor). Terkadang saat diperiksa oleh teknisi bengkel, juga disarankan penggantian spare part yang sudah saatnya diganti, seperti filter udara, kampas rem, sprocket set, dll (spare part replacement). Karena sudah terjadwal, dan bisanya dalam periode bulan, penggantian oli dan tune up, bisa dikategorikan hjuga sebagai pemeliharaan corrective (reparasi minor) .
Overhoull. Meskipun tindakan pemeliharaan preventive dan reparasi minor secara periodik sudah dilakukan, motor belum bisa dijamin 100% dalam kondisi bagus. Beberapa spare part motor harus diganti dalam periode waktu tertentu. Ini terkait dengan faktor life time ( keausan atau kerusakan ). Misal penggantian kampas kopling, dalam kondisi normal umur kampas ini 4 tahun. Lebih dari ini, parts ini harus diganti. Atau dalam waktu 5 tahun, motor dijadwalkan untuk turun mesin ( overhoull ). Untuk inilah aktivitas overhoul diperlukan. Untuk membedakan dengan reparasi minor, overhoul biasanya memerlukan waktu relative lebih lama, kemungkinan besar ada repair atau penggantian spare parts penting atau utama, dan keahlian yang lebih tinggi.
Saat pembelian motor normalnya kita mendapat buku petunjuk pemeliharaan.Begitu juga saat pembelian mesin. Namun karena alasan kerahasiaan,ada pula manual machine yang tidak lengkap. Misal tidak dilengkapi dengan drawing componen atau diagram kelistrikan detail. Kadang ada juga yang tidak mengikutsertakan standard pemeliharaan/maintenance. Untuk itu, saat memutuskan membeli mesin, disamping faktor harga pastikan juga hal-hal seperti ini. Awal bulan ini, saya mengunjungi pameran Plastik & Rubber di kemayoran, Jakarta. Perkembangan teknologi permesinan China, mendorong negara ini menjadi eksportir mesin ( yang lebih murah dari mesin Eropa ). Situasi ini, memicu munculnya banyak importir-importir berlabel Distributior. Kenyataannya, beberapa dari mereka ini tidak lebih dari pedagang, yang tidak memiliki kehlian dalam melakukan service. Saat kita ada trouble atau apapun terkait spare parts, kita akan kesulitan.
Yang perlu diingat, apapun kondisinya,mengacu pada diagram diatas, kita harus memiliki sistem perawatan mesin yang baik. Pemeliharaan Terencana yang tepat, dipastikan akan meminimalkan terjadinya pemeliharaan yang tidak terencana ( Break down ) hingga titik yang paling rendah.
STRUKTUR ORGANISASI
Dalam industi manufacture, terkadang fungsi pemeliharaan menjadi tanggung jawab ‘sampingan’ bagi factory manager atau manager produksi ( jika maintenance dikepalai oleh seorang supervisor ). Situasi ini membuat kegiatan pemeliharaan tidak terencana dengan baik. Aktivitas pemeliharaan lebih didominasi oleh pemeliharaan tidak terduga/darurat, dan cenderung bekerja untuk melewati satu problem ke problem yang lain.
Antoni Corder dalam bukunya Maintenance Management Techniques, memberikan gambaran perkiraan prosentase jumlah karyawan pemeliharaan terhadap keseluruhan karyawan.
Gambar berikut merupakan struktur organisasi pada umumnya,
1. Pemeliharaan pabrik, melaksanakan seluruh aktivitas pemeliharaan terencana dan tidak terencana
2. Perencanaan dan Pengendalian Pemeliharaan, jika dalam istilah produksi dikenal PPC ( Production Planning Control ) yang bertugas membuat penjadwalan dan melakukan control pelaksanaannya. Dalam sistem pemeliharaan juga dikenal fungsi serupa. Yaitu Maintenance Planning Control ( MPC ). Yang bertanggung jawab dalam membuat master schedule untuk semua aktivitas pemeliharaan terkait dengan pemeliharaan terencana, pengendalian biaya pemeliharaan dan budgeting.
3. Utility, bertanggung jawab dalam penyediaan bahan bakar dan daya keseluruh pabrik, misal ; minyak, steam, hot water, water, air pressure, gas, ventilasi, air minum, system pendingin, system pemanas, waste water treatment, drainase.
4. Workshop, yaitu semua pelayanan bengkel, terkait penggunaan mesin-mesin perkakas ( Las, Bor, Milling, Scrap, Bubut, CNC, dll ) untuk perbaikan mesin-mesin produksi.
5. Gudang Spare part, Persediaan segala kebutuhan yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi pemeliharaan. Meliputi penyediaan raw material, parts, tools.
Comments
Post a Comment