Dalam sebuah rangkaian atau sirkuit, terdapat hubungan antara tegangan, arus, dan hambatan. Kita dapat mengubah - ubah nilai salah satu dari ketiga tersebut untuk mengontrol atau mengendalikan dua yang lainnya. Dan mungkin mengubah sebuah nilai hambatan merupakan hal yang termudah. Oleh karena itulah didesain secara khusus sebuah komponen elektronika yang disebut resistor. Resistor merupakan salah satu komponen yang paling sering digunakan dalam sebuah sirkuit atau rangkaian elektronik. Resistor berfungsi sebagai resistansi/ hambatan yang mampu mengatur atau mengendalikan tegangan dan arus listrik rangkaian.
Resistor biasanya terbuat dari kawat logam atau karbon, dan dirancang untuk mempertahankan nilai resistansi agar stabil dalam berbagai kondisi lingkungan. Simbol skematik resistor yang paling umum adalah gambar simbol garis zig zag.
Berikut ini gambar simbol resistor secara horisontal dan vertikal yang ditampilkan dengan label identifikasi (R1, R2, dst), beserta nilai resistor dalam satuan ohm (Ω).
Resistor aslinya akan terlihat seperti silinder atau tabung kecil dengan dua kaki/ kawat yang digunakan untuk koneksi ke sirkuit/ rangkaian. Berikut ini adalah contoh dari jenis dan ukuran resistor yang berbeda:
Ada beberapa jenis resistor yang sering digunakan dalam perangkat elektronika, seperti resistor variabel atau potensiometer. potensiometer/ resistor variabel adalah sebuah jenis resistor yang nilai tahanannya dapat dirubah atau diatur (adjustable). Berikut ini simbol dari resistor variabel atau potensiometer:
Simbol resistor variabel diatas digambar hanya dengan menambahkan tanda panah diagonal yang melalui simbol resistor tetap. Tanda panah diagonal digunakan sebagai simbol “pengubah”. Jadi semua komponen yang disimbolkan dengan tanda panah diagonal berarti itu adalah komponen variabel atau komponen yang nilainya tidak tetap/ dapat diubah.
Gambar real sebuah resistor variabel / potensiometer dapat dilihat di bawah ini:
Resistor akan menghasilkan panas ketika terjadi disipasi daya atau ada arus listrik yang mengalir melaluinya. Oleh karena itu dalam menentukan resistor harus diperhatikan juga nilai rating thermal/ suhu panasnya, seberapa besar resistor tersebut mampu menahan suhu panas sehingga tidak mengalami kerusakan. Power rating ini ditentukan dalam unit fisik dalam satuan “watt”. Sebagian besar resistor yang digunakan pada perangkat elektronik kecil seperti radio portabel bernilai ¼ watt (0,25 watt) atau bahkan lebih kecil dari itu. rating daya resistor (power rating) sebanding dengan ukuran fisik. Semakin besar resistor, semakin tinggi rating disipasi dayanya. Namun resistensi / hambatan (dalam ohm) tidak ada hubungannya dengan ukuran.
Untuk meringkas artikel ini, mari kita menganalisis rangkaian berikut ini:
Pada gambar rangkaian diatas kita mengetahui tegangan baterai adalah 10 volt, dan arus listrik rangkaian tersebut 2 ampere. Berapakah resistansi/ hambatan (Ω) dari resistor diatas, dan berapakah dayanya (watt)? Dalam persamaan hukum ohm, jika kita mencari nilai resistansi dari tegangan dan arus yang sudah diketahui, kita bisa menggunakan rumus berikut ini:
Masukkan nilai tegangan (E) dan arus (I) kedalam 2 rumus persamaan diatas, untuk mengetahui nilai hambatan/ resistansi (R) dan disipasi dayanya (P).
Jadi, rangkaian atau sirkuit dengan tegangan 10 volts dan arus 2 ampere, kita memerlukan resistansi resistor 5Ω. Jika kita ingin mendesain/ merancang sebuah sirkuit untuk beroperasi dengan nilai-nilai ini, itu berarti kita membutuhkan resistor dengan rating daya minimum 20 watts.
Baca juga artikel lainnya "Potensiometer".
Comments
Post a Comment