Pendahuluan
Sebelum jauh, saya coba gali informasi mengenai perusahaan-perusahaan favorite fresh graduate di Indonesia. Berdasarkan survey yang dilakukan majalah warta ekonomi, yang dilakukan pada periode Oktober – November 2010, yang melibatkan 1590 responden di wilayah Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi, berikut 10 besar perusahaan “idaman” di Indonesia dari urutan pertama hingga sepuluh, [1] PT Pertamina (Persero), [2] PT Astra International Tbk, [3] PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), [4] PT Bank Central Asia Tbk (BCA), [5] PT Unilever Indonesia Tbk, [6] PT Garuda Indonesia, [7] PT Indosat Tbk, [8] PT Bank Mandiri Tbk, [9] Chevron IndoAsia Business Unit, [10] PT Medco Energi International Tbk.
Alasan responden dalam menentukan pilihannya antara lain : 1] Memiliki standar gaji yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan lain (30,16%), [2] Memberi tunjangan dan fasilitas yang lebih baik dibandingkan perusahaan lain (28,3%), [3] Merupakan perusahaan besar dan maju (13,1%), [4] Perusahaan terkenal (10,9%), [5] Perusahaan terbaik di bidangnya (10,7% ).Sebenarnya saya kurang setuju teknik sampling ini, pertama, tidak mungkin membandingkan perusahaan – perusahaan dibidang yang berbeda, jauh lebih baik, jika sampling harus di cluster, sehingga perusahaan-perusahaan terbagi kedalam bidang masing-masing.
Alasan kedua, saat menggunakan skala Linkert, dalam menerjemahkan “persepsi” responden, pertanyaannya, apakah surveyor mememberikan pemahaman yang benar mengenai skala ini? Dengan luasnya wilayah survey, kecil kemungkinan melakukan ini.
Alasan ketiga, Apakah responden benar-benar mewakili pendapat umum? Gender, Background pendidikan, pengalaman kerja, jabatan, latar belakang pekerjaan, masa kerja, dll. Sangat mempengaruhi sebuah pendapat. Jadi secara proporsional, responden harus mewakili berbagai kelompok. Dan saya tidak melihat data ini, jadi, apakah data penelitian bisa dikatakan valid untuk mewakili pendapat umum masyarakat Indonesia ?
Meski menyisakan banyak pertanyaan, misal mengapa pertamina? Padahal dari target Lifting yang ditetapkan pemerintah saja, tidak pernah bisa mencapai, dan jika dari aspek Drilling , kan masih ada operator pengeboran milik asing yang beroperasi di Indonesia? Dimana posisi Conoco, Total Fina, dll. Ok kita bicara basic salary saja, dari sebuah sumber, berikut saya mendapat estimasi rata-rata nilai basic salary fresh graduate dibeberapa Mining & Oil di Indonesia di tahun yang sama ( 2010 ). Chevron 15 Jt, Total E&P 12 Jt, Conoco 12 Jt, Pertamina 8 -10 Jt, Haliburton 10 Jt, Exxon 10 jt, CNOOC 9-10 Jt, Schlumberger 9 jt. So, mengapa harus Pertamina ?
Atau dibidang manufacture, dimana posisi Tetra Pak ? perusahaan yang memonopoli Teknologi pengolahan dan pengemasan makanan/minuman di dunia dan di Indonesia selama 60 tahun. Kalau boleh saya sebut, Jika di IT makhluk ini setara dengan Microsoft lah … Oh iya, bicara mengenai standard basic salary di manufacture, jangan mudah tergiur dengan nominal yang tinggi lho ya, siapa tahu, perusahaan ini telah melebur tunjangan tidak tetap kedalam struktur basic salary, jadi dari sisi ini terlihat tinggi, tapi dari Take Home Pay ya sebenarnya biasa – biasa saja.
Ah sudahlah, saya tidak akan membahas Survey ini berlama-lama. Apapun bentuk keraguan saya terhadap hasilnya, survey ini memberikan sedikita gambaran mengenai persepsi bahwa bekerja di pabrik bukanlah menjadi pilihan utama, di poin ini saya setuju.
Bersiap Memasuki Pabrik
Pabrik berasal dari kata Fabrikasi atau perakitan, sebenarnya bidang industri ini punya nama keren, yaitu Manufacture. Istilah terakhir ini yang paling sering saya gunakan. Ada pertanyaan yang tidak akan pernah manusia bisa jawab, diantaranya mengapa terlahir sebagai suku bangsa …, dari keluarga …, laki-laki / perempuan, warga negara … Pertanyaan ini yang menyadarkan manusia bahwa Tuhan-lah yang lebih berkuasa. Bagi saya ada satu pertanyaan lagi, Mengapa bekerja di Pabrik ? Sampai saat ini saya belum tahu jawabannya, tapi satu hal yang pasti, Tuhan punya rencana !
Manufacture bukanlah tempat ideal untuk menjadi mimpi para fresh graduate, ini adalah fakta. Meski mengambil jurusan Teknik Mesin, Elektronika, Pertambangan, Arsitektur, Sipil masih saja terselip di otak para engineer – engineer muda kita ini untuk jadi PNS, menjadi pengusaha mandiri/ enterpreniur, atau malah kerja di Bank. Ah … buat apa kalian capek – capek habiskan waktu belajar menjadi engineer kalau tidak mau bermimpi bekerja di bagian engineering. Apakah karena Engineering ini bagian dari organisasi sebuah pabrik ?
Saya akan berbicara mengenai idealisme. Pertumbuhan ekonomi 2012 Indonesia di level 6,7% sangat membanggakan. Ini memberikan gambaran begitu kuatnya pertumbuhan sektor real melalui investasi tahun lalu. Dimanakah sektor real itu ? sektor real yaitu sektor investasi di industri manufacture. Dan bidang ini memerlukan kita.
Saya menulis artikel mengenai “Sejarah Industrialisasidi Indonesia”, memang benar, sejarah industri kita berasal dari mesin-mesin di pabrik tebu pada era tanam paksa. Hingga tahun 80-an, industri manufacture dipersepsikan sebagai bidang indsutri yang keras dan “tidak nyaman”, identik dengan demonstrasi, upah murah, rendahnya inovasi, dll. Program Repelita pada era orde baru, yang mencanangkan era indsutrialisasi dalam mengejar pertumbuhan ekonomi instant . Menyebabkan pesatnya pertumbuhan industri padat karya yang diikuti laju urbanisasi besar-besaran. Jangan bicara kompetensi dan kompetisi saat itu. Dalam sudut pandang saya, memang ada beberapa aspek, namun masalah kompetensi inilah yang salah satunya menjadi penyebab tidak kuatnya industri manufacture dalam menghadapi badai krisis tahun 1998.
Namun ini semua cerita lalu. Saya telah mempelajari dengan detail beberapa sekor industri manufacture di beberapa culture ( manufacture Indonesia, Jepang, Korea, Jerman ). Tekanan berbagai situasi seperti politik, ekonomi, sosial telah mendorong terjadinya perubahan pada manufacture di Indonesia untuk lebih kompetitive. Perusahaan-perusahaan Nasional semakin sadar pentingnya teknologi, re-engineering, dan Inovasi produk. Selama saya berada didalamnya, bebrapa tahun belakangan industri manufacture menjadi tempat yang menyenangkan dan menggairahkan, pameran-pameran teknologi semakin sering, barangkali ini dipengaruhi oleh tumbuhnya indsutri permesinan China. Strategi Marketing juga lebih kearah Diversifikasi Produk, sehingga proses tidak monoton. Pak SBY juga mencanangkan bahwa era upah buruh murah sudah berakhir. Artinya, hanya orang-orang yang memiliki kompetensi dan kompetitive yang bisa memasuki indsutri ini. Inilah hukum yang berlaku, jika ada perusahaan yang melanggar, alam akan menghukumnya.
Apa yang harus disiapkan untuk bekerja di pabrik ?
Pertama mindset, mulailah berpikir bahwa bekerja di pabrik memerlukan kompetensi yang memadai karena dunia industri telah memasuki era kompetisi yang crowded.
Kedua, pelajari bidang keahlian khusus anda, jika anda study di bidang mesin, jadilah ahli mesin yang benar, begitu pula dengan bidang lainnya, elektonika, pertambangan, perikanan, kelautan, arsitektur, sipil, kimia, IT, dll, jangan pernah mempercayai jika ada orang yang berkata, “kuliah yang diperlukan yaitu perubahan mindset.” Tidak hanya mindset, proses kuliah merupakan transformasi dari tidak bisa menjadi bisa untuk bidang-bidang tertentu dan sudah terspesialisasi. Saya berbicara mengenai Knowledge (pengetahuan) dan Skill (ketrampilan). Jika anda sudah berpikiran menjadi enterpreniur, saya pikir anda salah jurusan dan putus asa dalam proses kuliah.
Ketiga, Tanamakan ini. Bekerja di pabrik bukanlah untuk selamanya, bekerja di pabrik memberikan peluang lebih luas bagi kita untuk memperdalam penguasaan keahlian. Ada banyak pengetahuan yang didapat disini, termasuk mengenai dunia bisnis itu sendiri. Dengan memasuki dunia Industri, anda memiliki peluang untuk menjadi pemain utama. Secara alami, jika kita memiliki mental wirausaha, peluang-peluang yang terkait dengan bidang keahlian dan benar-benar dikuasai akan bermunculan. Misal seorang engineer senior, memiliki peluang untuk menjadi distributor Genset, Pompa, Electronic Parts, Pneumatic Parts, Consultant Automatisasi, Consultant management, Consultant Quality Sistem, Bisnis Scrap, Bisnis barang bekas sisa packaging, dan lain-lain. Bidang-bidang yang terspesialisasi seperti ini memerlukan penguasaan dan kedalaman pengetahuan . Tidak banyak orang yang mampu, tentunya ini baik untuk bisnis anda bukan? Dari pada berwirausaha di bidang yang hanya bermodal “mental”, dan terlalu mudah untuk ditiru.
Penutup
Bukannya sentimen dengan program wira usaha yang didengung-dengungkan pemerintah. Namun belakangan saya berpikir frekuensi dari sosialisasinya sudah mengarah ke indoktrinasi, malah ada university yang khusus memberikan mata kuliah tentang wira usaha. Awalnya saya berfikiran positif, namun lambat laun, kok sepertinya ini menjadi semacam solusi instant dan jangka pendek dari pemerintah akibat ketidak mampuan dalam memberikan lapangan pekerjaan. Jadi dengan konsep MLM diharapkan akan muncul enterpreniur-enterpreniur yang secara teori akan membantu penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Tapi satu yang pemerintah mungkin lupa, tenaga kerja yang bergerak di sektor – sektor ini masuk dalam kategori informal, yang sangat jauh dari perlindungan UU ketenagakerjaan. Saya melihat standard ganda disini, di satu sisi pemerintah mencanangkan berakhirnya era upah buruh murah, namun disisi lain mendorong terciptanya situasi ketenaga kerjaan yang lebih buruk.
Stop Indoktrinasi ini, dan jauh lebih tepat jika pemerintah mendorong para tenaga kerja dan calon tenaga kerja memiliki pengetahuan, keahlian, dan attitude ( kompetensi ) yang baik dan terspesialisasi.
Dengan cara apa ?
1) Bagi calon tenaga kerja yang belajar dari institusi formal ( SMK, University ) Pemerintah membuat kebijakan yang mendorong sistem pendidikan bertumbuh dan memiliki kaitan dengan dunia Industri. Ini tidak sekedar lembaran Undang-undang, melainkan melibatkan banyak stake holder, mulai dari tingkat kesejahteraan pendidik, budget untuk riset, biaya pendidikan, tersedianya infra struktur pendidikan, dll.
2) Di tingkat SMP, SMU, SMK berdayakan Program Bimbingan Karir (BK), bidang ini memerlukan keahlian khusus dan orang-orang yang profesional . Pastikan kita memiliki sistem yang bisa membantu anak-anak Indonesia mengetahui sejak dini, dimana bidang keahlian mereka.
3) Bagi calon tenaga kerja yang belajar dari sektor nonformal ( BLK, dll ), pemerintah memberikan pelatihan dan sertifikasi yang diakui oleh dunia industri. Misal Operasional mesin-mesin perkakas, Welding skill, Akuntansi, perpajakan, dll. Evaluasi kinerja semua Balai latihan kerja di seluruh wilayah Indonesia, apakah mereka efektif. Apakah alokasi dana dari pemerintah sudah memadai ?
4) Mempermudah mekanisme pemberian modal.
Pesan untuk para pemegang kuasa di Istana (dan sekitarnya), “ tidak ada yang instant bung.” Semuanya harus melalui proses, pengorbanan, biaya, keahlian dan profesionalisme. Project Indoktrinasi mengenai enterpreiurship secara masif, dalam jangka panjang adalah kesia-siaan!
Bekerja di Pabrik sangat menyenangkan, kita memiliki kesempatan mengupdate teknologi dan knowledge secara gratis, berbagai project inovasi dan lingkungan sosial yang unik. Anda juga berkesempatan mengetahui perkembangan teknologi diluar negri dengan mengunjungi pusat-pusat teknologi dan berinteraksi dengan para expert secara gratis. Simbiosis mutualisme, pengusaha mendapatkan peningkatan kinerja, dan kita mendapatkan pengetahuannya. Uang atau Salary memang penting, tetapi bukanlah yang terpenting !
Welcome to Manufacture … Good Luck.
Comments
Post a Comment